Rabu, 15 Juni 2011

Tuhan di Pulau Dai

Malam itu, para peserta Sidang Klasis dan MPPD AMGPM dari wilayah Babar Timur berangkat dengan KM. Alken dari pelabuhan Kroing menuju Herley. Menjelang dini hari, kami kemudian bergabung dengan para peserta lain yang sudah menunggu diatas motor Putri Babar di pelabuhan Herley. Bersamaan dengan fajar pagi, perjalanan kami diantar oleh gelombang musim Barat dari pulau Wetan menuju pulau Dai. Di atas motor itu, banyak yang mulai mabuk laut, sehingga mulai mencari tempat untuk tidur. Semua kami yang pindah dari kapal ke motor belum makan belum sempat makan apapun, sejak tadi malam. Untung, ada seorang kakak Pendeta yang membawa obat Antasida. Beberapa diantara kami sempat mendapat jatah, hitung-hitung untuk mengantisipasi kambuhnya penyakit maag. Akhinya kami tiba di pelabuhan Lewah, setelah melewati Hertuti dan menyusuri pantai terjal. Pelabuhan ini adalah satu-satunya pelabuhan yang alam di pulau Dai, baik musim Timur maupun musim Barat.

Ini untuk pertama kalinya, saya tiba di pulau Dai. Melihat dari jauh dan mendengar cerita orang tentang pulau Dai, orang akan tidak mudah tertarik, apalagi membayangkan kesulitan hidup, dibanding pulau-pulau lain. Entah salah, saat melihat dari dekat dan menginjakkan kaki di darat, kita pasti terkagum-kagum. Gunung yang menjulang tinggi menembus awan, dan hamparan dinding batu, kelihatannya sangat khas. Seakan ada ungkapan; “hebat, sang pemahat batu-batu itu”. Kami disambut dengan keramahan penduduk yang jumlahnya hampir berbanding peserta. Sudah beberapa jam berlabuh, tidak ada satupun angkutan yang datang untuk mengantarkan peserta ke darat. Dari atas motor, kami menyaksikan kesibukan kelompok suling yang akan menyambut. Ternyata, setelah tiba di darat, kami akhirnya tahu bahwa penyebab keterlambatan itu, karena semua anggota jemaat terbagi habis untuk beberapa pekerjaan; dekorasi ruangan/lokasi, potong daging, dan memasak di dapur umum. Kami memang benar-benar lapar, tapi harus tahan hati.

Di pulau ini terdapat 3 desa/jemaat, yakni; Hertuti, Lewah dan Sinairusi. Kegiatan Klasis akan dimulai dari MPPD ke-13 Angkatan Muda Daerah Babar di Lewah dan selanjutnya Sidang ke-52 Klasis GPM Pp. Babar di Hertuti. Hampir sama di beberapa jemaat pulau di kepulauan Babar, salah satu kesulitan yang disebut-sebut adalah ketersediaan air. Ternyata, di Lewah dan Sinairusi, air tidak menjadi masalah. Hanya Hertuti yang memiliki sumber air yang terbatas. Jadi, kepergian orang-orang di pulau ini ke luar, bukan karena alasan kesulitan air. Kami bisa mememahami penyebabnya adalah kemampuan daya dukung ruang dan akses pengembangan hidup. Waktu tiba di Hertuti, beberapa sodara bercerita, gedung gereja sebesar ini bisa dibangun karena dibantu oleh anak-anak Hertuti yang berdomisili di Teuhoru. Jumlah mereka di sana, lebih banyak dari penduduk yang saat ini tinggal di Hertuti.

Ketiga penduduk desa/jemaat, menggantunkan hidupnya di darat dan di laut. Kenyataannya, mereka tetap hidup dan tidak benar kesulitan air menjadi ancaman bagi kehidupan sampai sekarang. Secara khusus, kita akan heran, jika memandang dari laut letak kebun-kebun di sekitar lereng gunung. Lumbung-lumbung itu terlihat kecil di setiap kebun. Dan seterusnya, akan ada pertanyaan; “bagaimana mereka bisa mendaki hingga ke atas, diantara batu-batu dengan posisi menukik ?”. Meraka akan menjawabnya ringan; “bisa, di atas rata”. Mereka menikmati semuanya dengan penuh optimisme. Sikap inilah yang ditunjukkan sebagai tuan rumah pelaksanan kedua event diatas. Pada saat penutupan Sidang Klasis dan MPPD, mereka mengatakan bahwa ini untuk pertama kalinya, setelah cukup lama keinginan mereka menjadi kenyataan. Mereka malah menyatakan siap menerima event Klasis berikutnya. Saya bisa menangkap maksud yang terdalam pada pernyataan-pernyataan itu adalah “jangan meremehkan kami, masyarakat/jemaat-jemaat di pulau Dai”.

Di atas motor Putri Babar yang membawa kami pulang, saya semakin meyakini dan mengatakan, sesungguhnya “Tuhan ada di pulau Dai”. Dia Berlayar, Dia mendaki, Dia menanam, Dia mengail, Dia bersukacita, Dia menangis, Dia merantau, Dia menari, Dia sakit, di ada di dua musim (Timur-Barat). Yesus Kristus hidup bersama-sama umatNYa di pulau Dai. Pokoknya, Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah (Roma 8 : 28).

Sampai baku dapa lai ………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar